Pembangunan pulau Jawa yang pada era dulu dipusatkan pada bagian utara,
saat ini sedang gencar – gencarnya dilakukan pembangunan Jawa bagian selatan.
Jawa bagian utara yang dikenal dengan budaya pesisir (perdagangan), dengan
sebagian tempat menghasilkan minyak bumi dan berbagai hasil tambangnya.
Sementara di bagian selatan cenderung dijadikan sebagai anak tiri pembangunan.
Namun seiring menipisnya bahan tambang dan sudah jenunya Jawa bagian
utara untuk dieksploitasi, menjadikan sebagian kalangan mulai melirik Jawa
Bagian selatan. Ternyata di bagian Jawa Bagian selatan banyak mengandung bahan
tambang yang tidak kalah jika dibandingkan dengan Jawa Bagian Utara.
Wilayah selatan pulau Jawa ternyata merupakan daerah penghasil tambang
pasir besi yang diincar oleh banyak investor baik dari dalam negeri maupun dari
luar negeri. Meskipun sebagian besar penduduk lokal menolak adanya
pertambangan, karena kawasan tambang sebenarnya menghasilkan baik jika
digunakan sebagai kawasan pertanian, perikanan maupun pariwisata. Namun
pemerintah daerah tetap memberikan ijin pertambangan dengan mengacuhkan
aspirasi rakyat yang dulu memilihnya dalam pemilu.
Pemerintah daerah cenderung beralasan demi pertumbuhan ekonomi, - yang
sebenarnya selalu ditanyakan siapa dan dimana tumbuhnya? -. Pemerintah daerah
tidak memandang pariwisata, pertanian, perikanan sebagai sektor riil yang
menggerakkan perekonomian rakyat dan menyumbang banyak kepada APBD maupun secara sosial (berkurangnya pengangguran).
Meskipun di pelbagai tempat pertambangan selalu menyisakan permasalahan
sengketa lahan antara investor dengan masyarakat lokal, juga permasalahan
kerusakan lingkungan yang tidak direklamasi. Sementara pertambangan selesai
dengan meninggalkan kerusakan alamnya, masyarakat lokal yang menerima langsung
dampak kerusakan alam tidak pernah mendapatkan hasil apa – apa dari
pertambangan tersebut. Tentunya pengalaman ini menjadikan sebagian besar warga
masyarakat menolak pertambangan pasir besi di sepanjang pantai selatan pulau
Jawa.
Yang menarik adalah kenapa pasir besi diburu oleh investor termasuk
didalamnya investor dari luar negeri. Harus diakui bahwa ditengah krisis Uni
Eropa terutama zona Euro dan Amerika serikat saat ini, tengah tumbuh
perekonomian negara China, India, Rusia, Brasil dan Afrika Selatan atau yang
dikenal dengan (BIRCS). Pertumbuhan ekonomi hingga dua digit menghasilkan
peningkatan angka pembangunan dan inflasi, sehingga negara – negara tersebut
membutuhkan banyak bahan mentah untuk pembangunan, termasuk pasir besi.
Namun apa hanya pasir besi yang ada di wilayah Jawa bagian selatan ini
apakah tidak ada zat mineral lainnya di sana? Ternyata pulau Jawa terutama
bagian selatan merupakan penghasil Titanium terbesar kedua setelah Meksico.
Titanium merupakan unsur mineral yang lebih ringan dibandingkan dengan emas,
sehingga harganya lebih mahal. Titanium ini terdapat dalam galian pasir besi di
Jawa Selatan.
Sebenarnya yang diincar oleh para investor bukanlah pasir besi yang
haraganya tidak seberapa, namun titanium yang harganya melebihi emas tadi.
Karena dalam pertambangan pasir besi yang kena pajak hanya pasir besi semata,
sedangkan titanium hanya dianggap limbah dan tidak kena pajak.
Proses pembodohan ini sama dengan Mc. Moran yang mendapatkan ijin untuk melakukan pertambangan
tembaga di tembagapura, padahal limbah yang dihasilkan berupa emas yang
harganya lebih mahal dibandingkan dengan tembaga itu sendiri. Dan dalam catatan
sejarah, Kontrak Karya PT. Mc. Moran atau yang dikenal dengan Freefoot tidak
pernah membayar pajak untuk emas kepada negara selama Kontrak Karya Pertama
(1971 – 2001). Berapa uang negara yang dibawa oleh perusahaan tersebut.
Kini, Jawa selatan akan dijadikan sebagai lahan tambang pasir besi,
dengan limbahnya Titanium yang sama sekali tidak masuk dalam pendapatan negara.
Akankah tragedi pertambangan Freefot terjadi di wilayah lain di Indonesia. Padahal
seluruh kekayaan alam di Indonesia ini diamanatkan oleh Konstitusi negara ini
untuk digunakan demi kemakmuran rakyat, sehingga pantas jika kita bertanya
rakyat Mana yang akan Makmur?