Rabu, 01 Juni 2011

RELEVANSI PEMIKIRAN SOEKARNO DALAM ERA GLOBALISASI


Persatuan Bangsa – Bangsa

            Dalam pidato Soekarno didepan Sidang Umum PBB tanggal 30 September 1960 yang kemudian dikenal dengan “To Bild The Word a New” atau membangun dunia baru. Bung Karno mengatakan terkait dua hal, selain Pancasila diusulkan sebagai dasar Persatuan Bangsa – Bangsa agar dunia terhindar dari permusuhan yang terus menerus. Pertama soal kantor pusat PBB di New York sepatutnya dipindahkan, kedua tentang hak veto anggota PBB.
            Dalam permasalahan kantor pusat PBB yang sejak pertama hingga saat ini berada di New York, oleh Bung Karno diusulkan untuk dipindahkan di Turki. Karena AS merupakan salah blok yang terlibat dalam perang dingin. Sehingga menempatkan kantor PBB di Amerika merupakan tindakan yang tidak patut, Bung Karno mengusulkan dipindahkan di ibu kota Turki.
            Karena kota tersebut, merupakan tengah-tengah dari dunia dan tidak terlibat dalam sengketa antara dua blok yang saat itu menguasai dunia. Sejarah kota yang juga merupakan tempat strategis dalam sejarah dunia sebagai tempat transit bagi pergadangan darat. Sehingga layak untuk dijadikan sebagai ibukota PBB.
            Selain itu, Bung Karno juga mengusulkan hak veto bagi India. India saat itu sudah menunjukkan dirinya sebagai salah satu calon kuat negara maju dan merupakan salah satu negara dengan potensi sumber daya manusia yang besar, sehingga pantas bagi India untuk mempunyai hak veto sebagaimana pemenang perang dunia kedua.
            Peta dunia tahun 1948 dengan tahun 1960 yang berbeda juga merupakan alasan tersendiri akan pengajuan India sebagai salah satu pemegang hak veto dan anggota tetap dewan keamanan PBB. Sementara hak veto yang dipegang oleh Inggris dan Prancis dijadikan satu menjadi hak veto uni Eropa. Sehingga pemegang hak veto tetap lima negara atau konfederasi yakni Amerika, China, Rusia, India dan Uni Eropa.
            Perubahan peta hubungan internasional antara waktu terbentuknya PBB dengan saat ini, telah menyadarkan beberapa pihak guna menjanjikan kepada India untuk mendapatkan hak veto di PBB. Kedatangan Presiden AS Barrack Obama ke India, yang menjanjikan guna memperjuangkan India mendapatkan hak Veto di PBB. Lobi - lobi yang dilakukan negara-negara yang tergabung dalam BIRCS terutama China dan Rusia guna memasukan India dalam pemegang hak veto di PBB.
            Pertarungan ini, menjadikan India bagaikan gadis cantik dan seksi yang diperebutkan oleh negara-negara penguasa dunia saat ini. Sebagai negara yang jumlah penduduknya no. 2 di dunia dan merupakan negara dengan kemajuan ekonomi terbesar kedua setelah China menjadikannya rebutan bagi negara-negara maju guna memasukannya dalam anggota koalisi.
            Namun perlu diingat bahwa usulan pertama untuk memasukan India dalam pemilik hak veto PBB dimulai oleh Soekarno. Tentunya usulan ini diajukan oleh seorang Soekarno tidak tanpa alasan, karena Soekarno mempunyai alasan yang sangat kuat untuk itu. Ini menunjukkan bahwa pemikiran Soekarno sampai saat ini masih relevan untuk menjawab tantangan global.
            Pemikiran-pemikiran yang berkembang dalam perubahan PBB saat ini mirip atau hanya menggunakan bahasa lain dengan substansi yang sama dengan pemikiran Bung Karno  saat itu. Namun kita sebagai anak bangsa yang diproklamasikannya seolah mengkhianati ajaran-ajaran, pemikiran - pemikirannya dan bangga dengan pemikiran tokoh-tokoh luar yang belum tentu cocok dengan kondisi Indonesia.
            Untuk itu mari saudaraku sebangsa dan setanah air untuk kembali belajar, mengamalkan, menjalankan ajaran-ajaran bung Karno, guna menuju kejayaan Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar