Sabtu, 21 Mei 2011

DASAR NEGARA


Kuliah Bung karno tentang Pancasila
Sila Pertama bagian pertama

Dasar Negara

            Konklusi Kursus Pancasila pada Bab Pendahuluan yang diberikan sejarah kepada kita adalah persatuan, mempersatukan segenap tenaga. Bukan hanya sekedar menumbangkan Imperalisme, tetapi juga untuk mempertahankan negara yang kita dirikan dan yang hendak ditumbangkan kembali oleh Imperalisme.
Maka dengan itulah timbul pertanyaan kepada segenap rakyat Indonesia tentang perlunya dasar negara Indonesia merdeka.  Dan pada tanggal 1 Juni 1945 telah dijawab dengan Pancasila yang kemudian disepakati dengan piagam Jakarta. Dan dilanjutkan dalam sidang pemimpin awal negara ini.
Dasar negara yang kita butuhkan yang pertama haruslah merupakan landasan statis yang dapat mempersatukan seluruh elemen rakyat Indonesia. Dan kedua haruslah sebagai leitstar dinamis, bintang petunjuk cita – cita, dasar yang memberikan arah bagi perikehidupan daripada negara kita.
Sementara negara adalah satu organisasi kekuasaan, satu machtorganisatie. Didalam teori Marx, bahwa negara merupakan satu organisasi kekuasaan yang digunakan oleh suatu kelas untuk menindas kelas lain. Dimana kelas borjuis menindas kelas proletar. Sehingga diperlukan sebuah revolusi untuk merebut kekuasaan kaum borjuis, dan kemudian dipegang oleh sebuah kediktatoran proletar. Dimana alat – alat produksi dikuasi oleh kaum proletar, sehingga kaum borjuis makin hari makin lemah dan menghilang. Sehingga negara tinggal satu kelas. Dan perang kelas selesai.
Saat negara menjadi satu kelas saja, maka fungsi negara hanya menjalankan fungsi administrasi semata, tidak menjalankan fungsi kekuasaan. Posisi ini disebut dengan klasseloze dan mengakibatkan fungsi negara hilang (staatloos).
Banyak ahli yang menyatakan tentang negara, dimana negara merupakan sebuah keniscayaan adanya manusia. Sementara Hegel menyatakan sebagai keluhuran ide.
Bahwa tatkala kita membentuk negara kita sebagai negara, kita harus mengerti bahwa negara itu bersifat dinamis. Kita dalam mengadakan negara itu harus dapat meletakkan semua elemen bangsa untuk masuk didalamnya dan harus mempunyai tujuan kearah mana kita gerakkan rakyat, bangsa dan negara ini.  Jadi kalau saudara mau paham Pancasila harus paham dasar statis dan leitstar dinamis.
Kenapa pancasila? kenapa hanya lima, tidak sepuluh, sebelas, tiga atau satu? jawabanya ialah jika kita mau mencari dasar yang statis yang mampu mengumpulkan semua elemen masyarakat. Dan leitstar dinamis yang dapat menjadi arah perjalanan. Kita harus mencari sedalam – dalamnya dasar dari masyarakat kita sendiri.
Ada orang yang berkata: pada waktu Bung Karno mempropagandakan Pancasila, pada waktu ia menggali kurang dalam. Terang – terangan yang berkata demikian dari pihak Islam. Dan saya tegaskan, saya ini orang Islam, tetapi saya menolak perkataan bahwa pada waktu saya menggali didalam jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia kurang dalam menggalinya. Sebab dari pihak Islam dikatakan. Jika Bung karno menggali dalam sekali, ia akan mendapatkan galian itu Islam, kenapa kok pancasila? Kalau dia menggali dalam sekali ia akan mendapatkan hasil penggalian itu, Islam, Saya ulangi. Saya adalah orang yang cinta kepada agama Islam, saya beragama Islam. Saya tidak berkata saya ini orang Islam yang sempurna. Tidak, tetapi saya Islam. Dan saya menolak tuduhan bahwa saya menggali ini kurang dalam. Sebaliknya saya berkata penggalian ini sampai sebelum ada agama Islam. Saya gali sampai zaman Hindu, dan pra Hindu.
Masyarakat Indonesia ini boleh saja digambarkan dengan saf – saf. Saf pra hindu, yang pada waktu itu kita telah menjadi bangsa yang berkultur dan bercita – cita. Berkultur sudah, beragama sudah, hanya agamanya lain dengan agama sekarang, bercita – cita sudah. Jangan kira  jaman pra Hindu merupakan zaman yang biadab, hal ini dibuktikan oleh Prof. Dr Brandes, dalam tulisannya ia buktikan bahwa Indonesia sebelum  kedatangan orang Hindu disini sudah mahir didalam sepuluh hal. Apa misalnya?  Tanam padi seperti sawah sekarang ini, bukanlah bawaan orang Hindu. Tatkala Eropa masih semak belukar, belum ada Germanentum, disini sudah ada cocok tanam secara sawah. Alfabet, Ho No co, Ro, ko, jangan dikira bawaan orang Hindu. Wayang kulit dibuktikan oleh Prof. Dr. Brandes bukan bawaan orang Hindu.  Tetapi orang Hindu memperkaya dengan lakon Mahabarata dan Ramayana. Tetapi dulu kita sudah mempunyai wayang kulit, tapi belum dengan Mahabarata dan Ramayana. Sebagian dalam restan wayang kulit kita dari zaman pra Hindu, seperti Semar, Gareng, Petruk, Bagong, Dawala, Tjepot. Kita dulu mempunyai wayang kulit yang bercerita tentang kepahlawanan – kepahlawanan kita, sejarah kita. Sejarah para leluhur. Kemudian datang orang Hindu membawa lakon Mahabarata  dan Ramayana. Karena kita ini sebagai bangsa yang bisa menerima segala hal yang baik, lakon –lakon itu kita masukan dalam wayang kulit untuk memperkaya wayang kulit kita.
Jadi saya menggalinya itu dalam sekali, sampai ke saf pra Hindu. Datang saf Hindu, yang didalam politiknya menghadirkan kerajaan Taruma Negara, Kalingga, Mataram kesatu, Sanjaya, Empu Sendok, Sriwijaya. Kemudian masuk  zaman Islam yang menghadirkan Demak Bintaro, Pajang, Mataram kedua. Terus ke saf Kolonialisme dan imperalisme, yang dibidang sosial politiknya zaman hancur leburnya negara kita. Hancur leburnya ekonomi kita, bahkan kita menjadi rakyat yang verpauveriseerd.  Jadi ada empat saf, lantas saya gogo  (mencari ikan dilubang – lubang kepiting) sedalam – dalamnya sampai menembus zaman Islam, menembus zaman Hindu, masuk kedalam zaman pra – Hindu.
Jadi saya menolak kurang dalam penggalian saya. Dan pada saya menggali, menyelami saf – saf ini. Saban – saban saya bertemu dengan: kali ini, ini yang menonjol, lain kali, itu yang menonjol. Lima hal inilah: KeTuhanan, Kemanusiaan, kebangsaan, Kedaulatan rakyat, keadilan Sosial. Lantas saya berkata: kalau ini saya pakai sebagai landasan statis dan leitstar dinamis, Insya Allah, seluruh rakyat Indonesia bisa menerima dan diatas dasar meja yang statis dan leitstar yang dinamis itulah seluruh rakyat Indonesia bisa bersatu padu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar